Hari Pariwisata Dunia (HPD) yang jatuh pada 27 September setiap tahun diperingati di seluruh dunia, termasuk Indonesia sebagai negara anggota UNWTO (United Nations World Tourism Organization). Peringatan HPD 2015 kali ini mengangkat tema “One Billion Tourists, One Bilion Opportunities” yang kali penyelenggaraannya di pusatkan di Burkina Faso, Afrika Barat.
Sekjen UNWTO (United Nations World Tourism Organization) Taleb Rifai dalam peringatan HPD 2015 menegaskan kembali peran penting pariwisata sebagai sektor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif dalam rangka menciptakan dunia lebih baik bagi semua sebagaimana tujuan Pembangunan Milenium PBB (MDGs).
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, tema peringatan HPD tahun ini “Satu Miliar Turis, Satu Miliar Peluang” semakin meyakinkan bahwa pariwisata mempunyai peran penting dalam pembangunan perekonomian nasional. “Sektor pariwisata adalah penggerak perekonomian nasional, ditandai posisi pariwisata sebagai penghasil devisa negara saat ini berada di urutan ke-5. Jikalau target 20 juta kunjungan wisman pada akhir tahun 2019, maka sangat terbuka kemungkinan sektor pariwisata dapat menggantikan posisi minyak dan gas penghasil devisa yang ditempatinya selama beberapa decade sejak periode Orde Baru hingga kini, Dengan demikian posisi batu bara, karet, serta tekstil semua potensi untuk dilampaui,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar menjelaskan lebih jauh, pembangunan pariwisata memiliki arti sangat penting ditinjau dari berbagai aspek terutama dari aspek ekonomi yang dalam beberapa tahun terakhir ini kontribusinya terhadap PDB nasional terus meningkat. “Kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional meningkat dari 9% pada 2014 menjadi 15% pada 2019 mendatang, sedangkan lapangan kerja yang tercipta akan menjadi 13 juta dari posisi sekarang 11 juta tenaga kerja,” kata Arief Yahya.
Pariwisata dalam lima tahun ke depan diproyeksikan akan menghasilkan devisa sebanyak Rp 280 triliun dari posisi sekarang sebanyak Rp 140 triliun melalui peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia dari 9,4 juta wisman menjadi 20 juta wisman serta peningkatan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dari 250 juta pada 2014 menjadi 275 juta wisnus dalam lima tahun ke depan.
Menpar menyadari untuk mencapai target tersebut tidak mudah, membutuhkan kerja keras dan sinergisitas seluruh stakeholder pariwisata; industri pariwisata, masyarakat, media, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Beberapa waktu yang lalu, UNWTO dan WTTC (The World Travel & Tourism Council) telah melakukan riset pasar dan menemu kenali bahwa jika ekonomi G-20 dapat memberikan kemudahan perjalanan wisata, maka diperkirakan jumlah kunjungan wisman di ekonomi G-20 akan meningkatkan 122 juta wisman, menghasilkan devisa sebesar US$ 206 miliar, dan dapat menciptakan lapangan kerja tambahan bagi 5 juta orang pada 2015.
Oleh karena itu, pemerintah melakukan diwujudkan kebijakan keimigrasian dengan memberikan kemudahan perjalanan berupa Bebas Visa Kunjungan (BVK) kepada sebanyak 30 negara berarti kini sudah mencapai 45 negara BVK. Dalam waktu dekat, kemudahan BVK akan ditambah lagi untuk 45 negara sehingga diharapkan pada tahun 2015 ini diharapkan sdah akan menjadi 90 negara BVK.
Selain kemudahan visa juga dukungan sarana transportasi udara yang mempunyai peran sangat penting karena 73% wisman yang berkunjung ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara, sedangkan melalui laut hanya 26% dan lewat darat 1%. “Konektivitas penerbangan langsung dari negara-negara sumber wisman ke obyek wisata unggulan di tanah air menjadi fokus kita untuk segera ditingkatkan,” kata Arief Yahya.
Sementara itu dalam upaya mengembangkan pasar di luar negeri, pemerintah telah menetapkan strategi pemasaran DOT (Destination, Original, Time) dengan menetapkan destinations dengan tiga pintu paling utama yakni Great Bali, Great Jakarta, dan Great Batam. Ketiga great ini memberikan kontribusi sebesar 90% dari total kunjungan wisman ke Indonesia. Menetapkan original berdasarkan asal wisman yang memberikan kontribusi terbesar yakni ; Singapura, Malaysia, China, Autralia dan Jepang. Kelima pasar utama ini memberikan kontribusi sebesar 61% dari total kunjungan wisman dari 18 pasar utama, sedangkan strategi dalam Time kita menetapkan berdasarkan pola musim pasar.
Strategi promosi pariwisata menggunakan BAS (branding, advertising, selling) masing-masing dengan menggunakan porsi dari anggaran sebesar 50%, 30% dan 20%. Branding dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah, sedangkan advertising dilakukan pemerintah dan industri pariwisata, sedangkan selling sepenuhnya dilakukan oleh industri pariwisata.
Pada kesempatan itu Menpar Arief Yahya mengajak semua pihak dan stakeholder pariwisata agar memaknai ajakan sekjen UNWTO untuk bekerjasama memaksimalkan potensi besar pariwisata sebagai sektor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, mempromosikan pembangunan pariwisata berkelanjutan dan kehidupan yang bermartabat bagi semua.